Bagi pecinta olahraga selancar, menemukan pantai yang memiliki ombak besar dan stabil merupakan hal yang luar biasa apalagi jika spot tersebut belum banyak diketahui banyak orang. Indonesia sebagai surganya pantai di dunia memiliki banyak sekali objek tersembunyi di berbagai sudut daerahnya. Dari ujung timur hingga ke barat selalu ada spot baru yang terlalu berharga jika sekedar dilewatkan begitu saja.
Keindahan alam berpadu dengan ombak bagus selalu menjadi buruan peselancar lokal maupun luar negeri. Tak peduli harus menerobos lebatnya hutan atau tebing yang terjal, menemukan spot yang indah merupakan tantangan dan kesenangan tersendiri.
"Jika mencari tempat wisata yang menawarkan paket lengkap wisata alam dan olahraga surfing jangan pernah melewatkan Pacitan. kami memiliki banyak sekali gugusan pantai indah. Salah satu yang masih tersembunyi dan bisa dijadikan alternatif wisata adalah Pantai Watukarung," kata Kepala Desa Watukarung Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Wiwid Pheni Dwiantani saat menerima kunjungan Kelompok Kerja Wartawan Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur dalam rangka Lomba Karya Jurnalistik 2016.
Berbeda dengan Pantai Pancer Door, kata Wiwit, Watukarung diperuntukkan bagi peselancar profesional. Dengan ombak yang sangat bagus, tak heran peselancar kelas dunia Bruce Irons pernah mencoba berselancar Watukarung.
Selain ombak berkelas dunia, Watukarung juga memiliki pesona luar biasa indahnya yaitu pasirnya yang putih bersih sepanjang hampir 1 kilo meter, serta air laut yang jernih dipadu deretan karang berjejer sehingga menambah keindahan pantai. "Setiap minggunya masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata membersihkan area pantai," ujar Wiwit.
Untuk mencapai lokasi Pantai Watukarung, wisatawan bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun empat. Namun sepanjang perjalanan diperlukan kewaspadaan karena perjalanan yang ditempuh kira-kira hingga 35-40 kilometer dari pusat kota itu banyak ditemui tikungan tajam, jalanan yang naik turun, serta lempengan gunung batu cadas dengan jurang yang sangat dalam. Sebenarnya ada dua jalur untuk sampai ke lokasi, pertama, melalui jalur Pacitan-Solo, dan kedua, lewat jalan pintas Desa Sedeng. Jika lewat Pacitan-Solo wisatawan bisa menggunakan akses langsung dari Pacitan dan menyusuri jalur Pantai Teleng yang sangat indah di sepanjang jalannya hingga sampai ke hutan lebat, dan pada akhirnya berakhir di Kecamatan Pringkuku.
Sedangkan jika ingin lebih mempersingkat waktu tempuh, wisatawan bisa menggunakan jalan pintas masuk lewat Desa Sedeng langsung menuju Desa Pringkuku, namun di jalan ini banyak sekali tanjakan curam yang harus dilalui, jadi pastikan kondisi kendaraan prima agar tidak terjadi masalah saat perjalanan.
Bagi yang baru pertama kali berkunjung sebaiknya jangan sungkan untuk sekadar bertanya mengenai arah jalan, sebab meski kini sudah banyak pengunjung yang mendatangi tempat ini, sementara keberadaan papan penanda dan petunjuk jalan masih minim, Karena itu untuk menghindari salah jalan, bertanya adalah langkah terbaik yang bisa dilakukan. "Karena keindahan alam yang sangat menawan jangan lupakan bawa kamera, pesona alam di sini sayang untuk dilewatkan," kata Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Disbudpar Jatim, dra Rosmiati MM, sesaat sebelum membawa rombongan wartawan ke lokasi.
Ramainya kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke Watukarung sejak tiga tahun terakhir turut menghidupkan perekonomian masyarakat. Belasan warung menjajakan menu makanan khas Pacitan, salah satunya sayur manisa santan dirajang cabai hijau pedas menyengat lidah yang diolah bersama kul atau keong sungai. Makanan ini dijamin akan memberi sensasi tersendiri bagi penggemar kuliner.
"Masakan ini memang pedas, tetapi sekali merasakannya akan ketagihan dan ingin mencoba lagi . Apalagi jika minumnya es kelapa muda, pasti mak nyus," kata Sarmini salah satu pemilik warung di sekitar Pantai ditemui 19 Agustus 2016 lalu.
Perempuan 34 tahun ini mengaku, Watukarung bukan hanya indah tetapi keberadaannya bak surga yang menyediakan banyak kenikmatan dan rezeki. Pada hari biasa, Perempuan asli Watukarung ini mengaku dalam sehari memperoleh pemasukan Rp150-200 ribu. Namun saat masa liburan atau hari besar, pendapatan bisa menlonjak Rp500 ribu perhari. Kebanyakan turis yang berkunjung berasal dari Australia, Belanda, dan Amerika.
"Saya tidak bisa Bahasa Inggris, biasanya saya melayani mereka dengan bahas isyarat, kalau harga saya tulis angkanya pada kertas para turis biasanya sudah paham," jelasnya.
Aktivitas turis di pantai ini, lanjut Sarmini hampir sama seperti turis di Pantai Kuta Bali. mereka kebanyakan, berselancar, berenang, memancing hingga berjemur. "Paling sebentar mereka tinggal tiga hari di sini, ada juga yang sampai enam hari karena biaya hidup di sini lebih murah di banding Bali," jelasnya.
Meskipun Watukarung terpencil dan akses yang diperlukan untuk sampai ke tempat ini cukup sulit, tetapi tempat menginap untuk menyambut wisatawan sudah tersedia. Antara lain berupa homestay yang dikelola warga sekitara dengan tarif rata-rata Rp200-250 ribu perhari. Fasilitas yang ditawarkan pun masih terbilang sangat sederhana, belum sebesar hotel-hotel mewah yang berlokasi di beberapa tempat wisata.
Kepala Desa Watukarung, Wiwid, di hadapan sejumlah media mengatakan bahwa Watukarung terus berkembang melakukan perbaikan bidang ekonomi, wisata, pertanian, perkebunan, kesenian, dan kerajinan. "Sampai saat ini saya masih sering bermain ketoprak dengan warga," ujarnya.
Konsep atau ide pembangunan dan pengembangan wilayah yang dirancang Wiwid ternyata tidak muncul begitu saja. Bekal pendidikan tinggi yang disandang perempuan kelahiran 1982 itu cukup mumpuni, dia lulusan S-1 Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Geografi. Sedangkan S-2 jurusan Teknologi Pendidikan diselesaikan Wiwid di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Wiwid sampai saat ini juga tercatat sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-fattah (STAIFA) Pacitan. "Saya ingin bekal ilmu yang saya punya bisa bermanfaat untuk mayarakat," harapnya.
Perempuan yang saat ini juga menjabat sebagai sekretaris di Asosiasi Desa Wisata Provinsi (ASIDEWI) Jawa Timur ini berharap melalui sektor budaya dan pariwisata warganya bisa berkembang seperti daerah maju lainnya. “Dengan semakin dikenalnya Pantai Watukarung saya harap perekonomian warga bisa meningkat,” ucapnya.
auh dari kata bising dan ramai, itu mungkin yang tergambar jelas saat menikmati keindahan ciptaan tuhan berwujud hamparan laut biru dibalut pasir putih nan indah bernama Pantai Watukarung. Suara deburan ombak diselingi hembusan angin menyapu lembut benda yang melintasi. Warna kehijauan dari pepohonan yang membentang memberi nuansa alami sejuk, dingin dan melindungi teriknya sinar matahari pantai bagi sapa saja yang melintas di bawah rindangnya. Lambaian pohon cemara laut dan nyamplung, menari- nari menikmati hembusan angin yang datang dari segala penjuru.
Kades Wiwid mengungkapkan, sengaja dibiarkan alami selain berfungsi sebagai peneduh juga untuk pencegah abrasi atau pengikisan pantai.
Mengamini apa yang diungkapkan Kades Wiwid, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan, Ir H Wasi Prayitno MSc, menjelaskan bahwa Pantai Watukarung masuk 10 pantai terbaik untuk olahraga selancar di Indonesia. Pantai ini punya dasar laut berupa batu karang, jadi bisa menghasilkan barrel atau gulungan ombak yang disukai peselancar profesional.
"Pantai ini hanya untuk peselancar profesional untuk pemula jangan sekali-kali mencoba karena cukup berhaya tinggi ombaknya bisa lebih dari 4 meter," tuturnya.
Persoalan Klasik
Hampir di setiap objek wisata baik alam maupun minat khusus di daerah punya persoalan yang sama, yakni lambatnya pengembangan sektor penunjang guna pempercepat daya tarik wisata. Kebanyakan keindahan alam yang berlimpah hanya 'jalan ditempat' karena kurang berminatnya investor menanamkan modalnya.
Di era sekarang, persaingan sektor wisata sangat kompetitif. Fasilitas penunjang seperti wahana permainan anak dan keluarga, rumah makan atau restoran, akses jalan menjadi hal wajib yang harus disediakan pihak pengelolah. Mustahil jika objek dengan fasilitas seadanya bisa bersaing menarik minat wisatawan.
Dari pantauan, Pantai Watukarung didominasi wisatawan asing dan perorangan, padahal umumnya pantai dengan pemandangan seindah itu, dinikmati keluarga yang datang berkelompok. Tidak adanya pusat oleh-oleh atau cinderamata ikon Pantai Watukarung melengkapi kekurangan objek wisata di Kabupaten Pacitan ini. Padahal wisatawan dalam negeri biasanya mengalokasikan anggaran untuk berbelanja oleh-oleh.
Jika Watukarung punya fasilitas penunjang, maka bukan hanya peselancar yang datang, wisatawan domestik juga akan menghabiskan waktu liburannya di pantai ini. Bandingkan dengan Pulau Merah di Kabupaten Banyuwangi yang tertata rapi menyambut datangnya wisatawan. Pengelolah bersama masyarakat sekitar membuat area berjemur lengkap dengan payung dan kursi pantai bertaif Rp25 ribu untuk 2 jam.
Meski data Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan asing di Pantai Watukarung yang tertinggi dibanding objek lainnya, seandainya dioptimalnya maka Watukarung bukan hanya menjadi andalan Pacitan tetapi Jawa Timur, utamanya guna menarik wisatawan dari arah Jawa Tengah.
Jumlah wisatawan asing di pantai Watukarung pada 2015 sebanyak 1.135 orang. Jauh dibandingkan pantai Pancer (143 orang), Goa Gong (141 orang), pantai Teleng Ria (22 orang), dan Goa Tabuhan (7 orang). Hingga Juni 2016 tercatat jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Pantai Watukarung mencapai 784 orang. Sayangnya hampir semua resort, cottage, bungalow, dan penginapan di Watukarung dimonopoli warga negara asing. Tercatat sejak 2010, orang asing dari berbagai negara membeli tanah warga pribumi, ada yang beli langsung ada pula yang menikahi warga Watukarung.
“Pembelian tanah oleh warga asing dilakukan secara legal,” kata Wiwid.
Letak Watukarung lebih dekat dari Solo dan Jogjakarta dibanding Surabaya. Dari Solo jarak tempuh hanya 3 jam perjalanan. Sedangkan dari Surabaya, jarak tempuh antara 7 sampai 8 jam. "Para pemilik resort, cottage, bungalow biasanya berkomunikasi dengan biro perjalan atau hotel yang ada di Solo dan Jogjakarta karena jaranya lebih dekat," ungkapnya.
Usaha lain yang dilakukan untuk menarik wisatawan adalah dengan mengabarkan kemegahan ombak pantai Watukarung melalui pembuatan website, cuitan di media sosial, dan pemberitaan di majalah asing. Tentu saja ditulis dalam bahasa Inggris. Beberapa media asing yang menampilkan informasi dan foto surfing di pantai Watukarung adalah Waves, Surf, Tracks, New Zealand Surfing, dan Surf Transworld.
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan sekaligus sarana promosi, Pemkab Pacitan tahun ini menggelar Hello Pacitan 2016 "Flaming of the Sea". Ini merupakan rangkaian tour Asian Surfing Championships (ASC) 2016, di pantai Pancer Door. Hello Pacitan 2016 adalah salah satu bentuk keseriusan Kabupaten Pacitan mempromosikan potensi alamnya khususnya pantai. "Semoga bisa digelar rutin setiap tahun," ujar Bupati Pacitan, Drs Indartato MM, saat pembukaan Hello Pacitan 2016 "Flaming of the Sea"
Komentar
Posting Komentar